Rabu, 10 September 2014

Ibu Maafkan Aku

Aku adalah mahasiswa baru yang baru setahun masuk dan sekarang lagi ada Ujian Semester. Aku yang selalu hidup bersantai santai dan mulai jarang pulang ke rumah bermain dengan teman sampai tak kenal waktu sehingga membuat ibu selalu cemas dan khawatir. Hidupku saat ini sungguh seperti anak muda jaman sekarang banget. Ibu hanya dianggap sepele seperti pembantu saja. Berangkat kuliah pulang malam, hari libur tidak ada di rumah kelayapan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Yah begitulah…

Kemuadian, di siang yang cerah saat di ruang kampus aku duduk termenung sendiri menunggu mata kuliah berikutnya. Tiba-tiba datang seseorang mengagetkan aku dengan membawa kabar duka, yaitu Dewi teman sekelasku sekaligus tetangga ku juga. “Rama.. Rama.. Ibumu.. Ibumu..” Berbicara dengan nafas yang tersenggal-senggal karena habis berlarian menghapiriku. “Iya.. iya.. ada apa dengan ibu ku?” Tanyaku bingung dan khawatir. “Itu.. Ibumu kecelakaan..” “Apa…? yang benar kamu Wi?” Tanyaku terkejut. “Iya beneran, Barusan aku ditelpon Ibuku di rumah suruh ngasih kabar ke kamu!” “Apa..” Mataku terbelalak mendengar itu.

Bagai petir yang menyambar pohon yang rapuh, dah pohon itu pun tumbang. Seperti itulah perasaananku saat itu, tak karuan bingung harus melakukan apa dan tanpa pikir panjang lagi ku dengan secepat kilat pulang menuju rumah tak peduli walau itu masih ada jam kuliah yang harus aku ikuti karena adanya Ujian Semester.

Setelah ku berlari dari kampus yang tak jauh dari rumah dan akhirnya sampai, dan di rumah kulihat banyak orang berkumpul di rumah ku, sehingga membuat ku khawatir dan tak tenang. Ku berhenti sejenak dan mulai berpikir negatif akan apa yang terjadi pada ibu ku, seakan ku kehilangan sesuatu yang berharga di dunia ini, dan mulai ku melangkah perlahan lahaan untuk memastikan bahwa itu tidak benar, tapi sebelum sampai masuk rumah dan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, tubuh ini serasa ringan tapi begitu berat untuk ku terus melangkah, dan mendengar suara samar samar orang yang lagi berbicara tapi setelah itu sudah tak terdengar lagi seakan ku mulai terputus dengan dunia ini.

Setelah beberapa menit aku pingsan tepat di depan rumah dan dibawa masuk oleh warga, ku mulai sadarkan diri lagi dan melihat Dewi di samping ku menemaniku dari tadi. “Aku dimana ini?” Tanya ku pada Dewi. “Di rumah mu Rama, di kamarmu ini..” jawab Dewi lirih. “Oh iya, dimana ibuku? Gimana kadaan Ibuku? Aku harus menemuinya!” sambil berdiri dan menuju pintu, tapi secepat aku berdiri secepat pula Dewi meraih tangan ku dan menarikku untuk duduk dan menenangkan diri dulu, tapi karena aku sudah sangat khawatir akan keadaan Ibu aku tetap memaksa untuk keluar kamar dan menemuinya, dan saat ku membuka pintu kulihat sesosok tubuh yang di balut oleh kafan putih dan tertutupi oleh selendang batik, sontak aku langsung membuka penutup itu dan… Aku pun tak sadarkan diri lagi setelah melihat wajah Ibunya yang sudah tak bernyawa lagi. Di waktu yang sama Ayah ku juga baru sampai rumah yang juga tergesa-gesa pulang mendengar kabar duka tersebut, karena tempat kerja Ayah ku jauh jadi agak lama untuk menuju ke rumah, sedangkan aku di bawa masuk lagi ke kamar karena belum sadarkan diri juga.

Di saat aku pingsan pemakamanpun mulai dilanjutkan lagi, karena Ayah sudah datang beserta sanak keluarga yang sudah menunggu dari tadi, dan karena sudah dimandikan sebelumnya jadi tinggal untuk di sholatkan dan segera untuk dimakamkan.

Kali ini pingsan ku lebih lama dibandingkan yang pertama tadi, ku baru sadar kembali setelah beberapa jam setelah kejadian itu. Saat itu pemakaman sudah kelar semua dan warga sekitar beserta saudara sedang mengadakan tahlilan untuk Ibuku, karena sudah tradisi di desa ini, apabila ada orang yang meninggal akan ada tahlilan atau selamatan bagi si almarhun.

Setelah ku tersadar, ku coba untuk duduk dan merenungkan apa yang sudah menimpa ku hari ini, ku benar benar kehilangan seseorang yang paling berharga di dunia ini, seseorang yang selalu ada di setiap jalan hidup ku sampai saat ini, yang selalu sabar dengan semua tingkah lakuku yang sering menyusahkannya dan sekarang sudah tiada.
Ku sedih dan meneteskan air mata yang sebelumnya tak pernah ku lakukan karena ada masalah, tapi ini benar-benar meremukkan hati dan jiwa raga ini. Tiba-tiba ku mendengar suara lirih untuk menguatkan aku. “Rama.. kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya.. jadi janganlah kamu menyesali semua ini, semua yang hidup pasti akan mati dan kembali ke Rabbnya..” bujuk Dewi agar ku sedikit tenang, tapi ku masih termenug dan terdiam menyesali semua ini. “Dewi apakah ini hukuman bagiku karena telah menyusahkan dan mengecewakan Ibuku?” Tanya ku sambil menahan air mata yang tak kunjung berhenti ini. “Hm.. Jangan berpikiran beitu Rama, mungkin ini sedah takdir Ibumu dan cobaan bagimu Rama.. jadi tetep bersabarlah..”. “Tapi mengapa harus Ibuku..?” Dengan ekspresi tidak terima dengan semua ini. “Tenaglah Rama.. Sabar..” Dewi mencoba menenankan ku. “Sabar bagaimana.. Melihat Ibuku yang tidak salah apa-apa harus mengalami kejadiaan ini.. Mengapa Dew.. Mengapa? Tolong Dew, Citakan pada ku kejadiannya, ku ingin tahu..” pintaku ke Dewi untuk mengetahui kenapa sampai ini terjadi.

Dan akhirnya Dewi pun menceritakannya, “Begini Rama.. kau tahu hari ini hari apa?.. ini adalah hari ulang tahunmu kan.. Mungkin tidak begitu banyak orang yang mengetahuinya, tapi Ibumu selalu mengingatnya Rama..”. “Trus apa hubungannya dengan kejadian ini?” tanyaku penasaran. “Tadi ku sempat dengar cerita dari ibuku.. Ibumu tadi pagi begitu semangat untuk merayakan Ultahmu, Ibumu ke luar rumah untuk ke pasar membeli bahan-bahan buat nasi kuning kesukaanmu, pas di jalan ibuku bertemu dengan Ibumu dan meyapanya tapi saking senang dan semangtnya sampai sampai tak mendengar sapaan ibuku pagi tadi, padahal biasanya Ibumu selalu menyahutnya apabila ada yang menyapanya tapi kali ini memang sungguh aneh.. tapi pada akhirnya Ibumu dan Ibuku jalan bersama untuk ke pasar dan mengobrol. Dan Ibuku sempat bertanya pada Ibumu “Bu.. tumben nih hari beda dari biasanya.. lebih bagaimana gitu?” Tanya Ibu Dewi. “Beda gimana Ibu? Biasa saja ini.. Cuman saya lagi senang saja karena ini hari Ultah anakku, tadi pagi sebelum berangkat kuliah dia ingin minta di bikinin Nasi Kuning kesukaanya Bu..” jawab Ibuku. “Oh begitu ya Bu.. Ada-ada saja Rama itu.. (Sambil tersenyum) .. Ada yang bisa saya bantu Bu?” “Oh trima kasih Bu… tapi saya bisa tangani sendiri kok Bu..”. “Oh begitu ya Bu..”. Kemudian mereka pun pulang bersama karena bahan yang di beli serasa sudah cukup.”

Sesampainya dirumah Ibumu langsung masuk rumah dan mulai memasak, tapi tak tahu kenapa Ibumu keluar lagi dengan tergesa-gesa. “Lho Bu mau kemana lagi..?” Tanya Ibu Dewi yaag baru mau masuk rumah. “Itu ada yang kurang Bu, ini mau balik lagi ke pasar beli bahan yang kurang itu..” jawab Ibuku sambil tersenyum. Dan tiba-tiba terjadilah tragedi itu. “CIIITTT… BRUUAAKKK…” Suara mobil yang oleng, dan pada saat itu Ibu mu yang baru saja keluar rumah lalu mulai berjalan di tabrak oleh mobil yang oleng tadi, penyebabnya karena mobil itu bannya pecah.. kejadiaanya sangat cepat jadi Ibuku tak sempat memperhatikan itu.. dan yang sangat disesalkan Ibuku saat itu adalah Ibumu tak sempat di selamatkan karena pendarahan yang cukup parah di kepala sehingga meniggal di tempat..”.

Setelah mendengar kejadian itu ku mulai menangis lagi dan lebih parah sebelumnya, tangisan ini lebih berat dan menyakitkan hati sampai air mata ini tak dapat lagi di keluarkan. Dan saat itu pulalah ku berdoa dan meminta serta berjanji pada Allah dalam hati.. “Ya Allah.. maafkan lah hambamu ini, ampunilah dosa hambamu ini yang selalu mengecawakan dan menyusahkan Ibu hambamu ini.. Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi, lebih berbakti lagi kepada Ibu Ya Allah, Hambamu mohon janganlah Engkau ambil Ibu, kembalikan Ibu Ya Allah..”
Tiba-tiba ku mendengar suara yang cukup keras tepat di telingaku, sehingga membuatku terkejut kaget mendengarnya. Dan akhirnya aku terbangun dan tersadar bahwa aku sedang dibangunkan oleh Dosen yang galak, karena aku tertidur dan tak bangun di atas bangku. Sontak ku bangun dan terdiam karena di omeli Dosen tersebut, dan setelah itu Ujian Semester di lanjutkan lagi. Tapi ada perasaanku yang masih mengganjal di pikiranku, tapi masih begitu samar-samar karena masih kaget karena suara Dosen tadi yang cetar membahana itu.

Dan akhirnya Ujian selesai dan ku ketemu dewi saat keluar kelas, saat itulah tiba-tiba saja air mata ku menetes entah kenapa dan mulai mengingat mimpi yang seperti kenyataan itu tadi. Dan akupun segera pulang untuk memastikan mimpi itu benar atau salah. Dan sesampainya di rumah aku benar-benar bersyukur melihat ibuku masih sehat-sehat saja sedang memasak di dapur, kemudian ku peluk Ibu dan meminta maaf padanya karena kelakuanku akhir-akhir ini.

Mimpi itu benar-benar jadi pelajaran buat ku bahwa Ibu adalah seseorang yang sangat berharga dan tak tergantikan oleh apapun. Mulai saat itu aku merubah gaya hidupku yang berantakan dan terkesan ugal-ugalan menjadi lebih baik.
- See more at: http://katakatasmsyoko.blogspot.com/2013/10/kumpulan-cerpen-tetang-ibu-kasih-sayang.html#sthash.RQ5vTqfm.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar